Yakuza 6: The Song of Life Review – Akhir Epik Sang Naga yang Tak Terlupakan

Kalau kamu penggemar seri Yakuza, bersiaplah untuk merasakan campuran emosi: haru, nostalgia, dan sedikit rasa kehilangan. Yakuza 6: The Song of Life bukan sekadar kelanjutan—ini adalah akhir perjalanan Kiryu Kazuma, sang legenda yang selama ini jadi tulang punggung franchise ini. Tapi apakah game ini sukses menutup kisahnya dengan gemilang? Mari kita selami lebih dalam.


Kisah yang Menohok: Drama Keluarga dan Pengorbanan

Seperti biasa, Yakuza 6 mengangkat cerita yang jauh lebih dalam dari sekadar tembak-tembakan atau pukul-pukul di jalanan. Kali ini, Kiryu harus berurusan dengan konsekuensi menjadi seorang “ayah”. Setelah menemukan bayi Haruto di pintu rumahnya, dia rela masuk kembali ke dunia gelap Yakuza demi melindungi anak dan orang yang dicintainya.

Plotnya penuh dengan twist ala film gangster Jepang—pengkhianatan, persekongkolan politik, dan tentu saja, adegan berantem yang bikin jantung berdebar. Tapi yang paling menonjol adalah sentuhan emosionalnya. Adegan Kiryu berusaha memahami dunia modern (seperti bingung pakai smartphone) atau interaksi hangatnya dengan warga Kamurocho bikin karakter ini terasa manusia banget.


Gameplay: Lebih Halus, Tapi Masih Punya ‘Jeroan’ Klasik

Dari segi mekanik, Yakuza 6 menghadirkan perbaikan signifikan. Engine Dragon Engine baru membuat pertarungan lebih fluid. Kombo pukulan Kiryu terasa lebih berat, dan kemampuan untuk menggebrak musuh pakai benda sekitar (seperti kursi atau sepeda) tetap jadi andalan.

Tapi jangan khawatir, SEGA tidak menghilangkan “kegilaan” khas seri ini. Kamu tetap bisa:

  • Nongkrong di bar karaoke sambil nyanyi lagu J-pop absurd
  • Main baseball virtual dengan grafis yang nyaris mirip aslinya
  • Bahkan jadi nelayan dadakan di mini-game yang random tapi addicting!

Sayangnya, beberapa fitur seperti manajemen klub malam atau cabang bisnis dikurangi. Buat yang suka kompleksitas RPG, ini mungkin sedikit mengecewakan.


Dunia yang Hidup: Kamurocho & Onomichi

Peta Yakuza 6 terbagi dua: Kamurocho (daerah red-light district Tokyo) dan Onomichi (kota pelabuhan Hiroshima). Perbedaannya kontras! Kamurocho tetap hiruk-pikuk dengan neon dan preman, sementara Onomichi menawarkan ketenangan ala kota kecil—meski tetap ada misteri mengintai.

Grafisnya? Untuk ukuran PS4, detail tekstur dan pencahayaannya impresif. Lihat saja bagaimana pantulan lampu neon di genangan air, atau ekspresi wajah karakter saat adegan dramatis—rasanya seperti nonton film live-action.


Masalah Kecil yang (Agak) Mengganggu

Meski brilian, Yakuza 6 bukan tanpa cela. Beberapa adegan cutscene terlalu panjang, apalagi di babak awal. Frame rate juga kadang drop saat aksi terlalu ramai. Tapi yang paling ngeselin: beberapa side quest terasa kurang kreatif dibanding seri sebelumnya.


Verdict: Finale yang Layak untuk Sang Legenda

Yakuza 6: The Song of Life berhasil menutup kisah Kiryu dengan cara yang pahit-manis. Ceritanya emosional, gameplay tetap seru, dan dunia yang dibangun hidup dengan detil. Meski ada beberapa kekurangan teknis, game ini tetap jadi must-play—baik untuk fans lama maupun pemula yang mau terjun ke dunia Yakuza.

Skor: 8.5/10

Pros:

  • Cerita penuh emosi dengan ending yang memuaskan
  • Pertarungan lebih smooth berkat Dragon Engine
  • Dunia open-world yang kaya dan penuh aktivitas

Cons:

  • Beberapa side quest kurang inovatif
  • Frame rate tidak stabil di beberapa bagian

Penasaran? Siapkan tisu, karena perjalanan terakhir Kiryu ini bakal bikin kamu teriak, tertawa, dan mungkin nangis bombay.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *